Almost, But Never Ours
Pada tanggal 13 Februari. Ada sesuatu yang ironis sekaligus manis dari tanggal itu seolah semesta sengaja menempatkan kami satu hari sebelum hari yang biasanya dirayakan oleh seluruh pasangan di dunia. Sejak saat itu, aku merasa seperti mendapat kesempatan kedua untuk mengulang kebahagiaan yang dulu pernah patah di tangan kami sendiri. Aku bahagia. Luar biasa bahagia. Aku sayang, dan aku cinta dengan segala kebodohan yang tak bisa kuhilangkan sejak awal. Tapi sejak hari itu pula, aku belajar bahwa harapan kecil bisa menjadi sumber luka besar. Karena meski aku tidak pernah meminta apa-apa, selalu ada keinginan sederhana yang kupendam: diperhatikan, diingat, disayangi tanpa harus meminta. Tiga tahun bersama, kamu tidak pernah memberi kado apa pun. Tidak ada bunga, tidak ada cokelat, tidak ada hadiah kecil yang biasanya pasangan lain bagikan dengan malu-malu. Aku bilang tidak apa-apa. Tapi diam-diam aku tetap berharap. Dan seperti biasa, harapan itu jatuh begitu saja t...